POLA PEMBINAAN
KOHATI
a.
PENDAHULUAN
i.
Landasan Historis
ii.
Landasan
struktural
iii.
Landasan
sosiologis
b.
ARAH PEMBINAAN
KOHATI
i.
Pasal 4 AD HMI
ii.
Pasal 3 PDK
c.
POLA DASAR
PEMBINAAN KOHATI
i. Kualifikasi kader HMI-Wati
1. Watak dan Kepribadian Muslimah
2. Kemampuan Intelektual
3. Kemampuan Profesional
4. Kemandirian
ii.
Dasar-dasar pembentukan
1.
Partisipasi
Individu
a.
Internal HMI
b. Eksternal HMI
2.
Kelompok pembinaan
a.
Pelatihan
b. Kajian
c.
Struktural kepengurusan
3. Pengabdian KOHATI
PEDOMAN PEMBINAAN
KOHATI
1. PENDAHULUAN
Perkembangan bangsa Indonesia yang mengarah pada
globalisasi, dalam skala makro memperlihatkan fenomena-fenomena kesenjangan
sosial bagi pembangunan bangsa Indonesia. Banyak gejolak yang berkembang
merupakan refleksi dari pergumulan masyarakat untuk mencapai cita-cita keadilan
dan kemakmuran seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Namun kondisi
objektif yang ada menimbulkan spektrum kesadaran bagi masyarakat untuk
melaksanakan realisasi dari cita-cita luhur tersebut. Hal ini timbul karena
ketidakmerataan wawasan berfikir dikalangan masyarakat, baik akibat adanya
sistem yang kurang memberikan kebebasan mengartikulasikan cita-cita luhur itu,
maupun adanya persepsi yang membedakan antara potensi laki-laki dan perempuan
dalam mengejar cita-cita tersebut.
Bila hal tersebut dibiarkan berlarut, akan menyebabkan
terciptanya kondisi yang cenderung negatif, yang dapat menyebabkan kita semakin
menjauh dari cita-cita luhur itu, bahkan mungkin dapat merusak makna keadilan
itu sendiri. Oleh sebab itu kita perlu mengambil langkah-langkah kongkrit untuk
membebaskan kita dari belenggu sistem serta kesenjangan di atas, tanggung jawab
untuk merumuskan kebebasan bagi masyarakat sesuai dengan nuansa berfikirnya,
pengalaman serta kondisi objektif yang mengitarinya, dengan tetap berpijak
kepada UUD 1945 dan Pancasila, juga memberikan penyadaran yang bersifat
essensif bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan, dengan mempercayai bahwa
perempuan mempunyai potensi yang sangat besar serta mempunyai andil optimal
untuk menciptakan persepsi baru dalam merealisasikan eksistensi lajunya
perkembangan pembangunan bangsa Indonesia, sesuai dengan cita-cita keadilan
tesebut, yang dilandasi tanggung jawab untuk menghadapi kemajuan era industri,
teknologi dan budaya. Maka bila hal itu tercapai, perempuan Indonesia bukan
hanya menjadi ujung tombak yang ofensif dalam mengantisipasi serta memajukan
bangsa Indonesia.
Secara struktural organisatoris, KOHATI merupakan
sub-sistem dalam organisasi HMI. KOHATI merupakan suatu kekuatan yang mengemban
tanggung jawab dalam mekanisme, mobilitas dan kontinuitas kehidupan organisasi.
KOHATI merupakan salah satu penentu bagi tercapainya perwujudan INSAN CITA HMI.
Dalam pandangan sosiologis, KOHATI merupakan
infrastruktur yang memiliki makna strategis dalam masyarakat, yakni sebagai “Komunitas
Kaum Muslimah” yang memiliki karateristik keilmuan, karena anggotanya
adalah mahasiswa. Oleh karena itu
KOHATI dituntut untuk mengadakan
pembinaan bagi kader-kader HMI khususnya HMI-Wati. Pembinaan dimaksudkan untuk
menciptakan forum atau lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan
pengembangan kualitas kader HMI dan secara khusus membantu kader HMI dalam
mencapai tujuannya.
KOHATI sebagai
bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendikia yang mempunyai
tanggung jawab kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk memanifestasikan.
Hal tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk kesiapan. Namun KOHATI sesuai
dengan fungsinya dalam HMI, yaitu membina, mengembangkan serta menghasilkan
potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader yang memiliki pola pikir yang
integral dan utuh, mempunyai tugas utama mengembangkan serta meningkatkan
pembentukan kader HMI dibidang pemberdayaan perempuan. Dalam rangka kualitas
anggotanya maka perlu dilakukan pembinaan yang terarah terpadu dan berkesinambungan,
oleh karena itu dibutuhkan pedoman pelatihan sebagai rujukan atau acuan dalam
rangka pembinaan yang dimaksud diatas. Secara legal Latihan Khusus KOHATI
merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam
peningkatan peranan perempuan, sehingga mempunyai pemahaman serta kesadaran
akan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang berkualitas insan cita.
2. ARAH PEMBINAAN KOHATI
Arah dimaksudkan sebagai guidance/petunjuk hendak
kemana pembinaan KOHATI ditujukan. Pada dasarnya seluruh proses perkaderan yang
dilaksanakan HMI sebagaimana termaktub dalam pasal 4 AD HMI beserta tafsir
penjelasannya.
Arah juga dimaksudkan sebagai patokan untuk melakukan
usaha sistematis dalam pencapaian tujuan. Sebagai badan khusus HMI sesuai dengan
fungsinya, maka KOHATI secara spesifik mempunyai tugas pembinaan terhadap
anggota HMI-Wati.
Sebagai bagian
integral dari HMI, maka jelas pembinaan KOHATI juga diarahkan pada pencapaian
tujuan HMI. Dalam penjelasan tujuan HMI diuraikan mengenai kualifikasi kader
yang diharapkan HMI, maka pembinaan KOHATI juga diarahkan pada akselerasi
proses tersebut. Akselerasi ini juga menjadi perhatian tersendiri oleh karena
adanya kondisi sosio-kultural yang masih memperlakukan perempuan sebagai objek
pembangunan, maka pembinaan KOHATI diarahkan pada peningkatan kesadaran dan
kepeloporan HMI-Wati dalam mengantisipasi persoalan-persoalan kemasyarakatan.
3. POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI
Sebagai bagian integral HMI, KOHATI
dalam menjalankan fungsinya harus senantiasa selaras dan serasi dengan
perkaderan HMI. Pola dasar perkaderan HMI secara khusus telah membahas
rekruitmen kader, pembentukan kader dan pengabdian kader. Dalam pola dasar
tersebut KOHATI ditempatkan sebagai salah satu wadah pembentukan kader.
Namun demikian untuk
lebih memberikan arah yang jelas bagi KOHATI sebagai badan khusus dalam
totalitas perkaderan HMI, diperlukan pula kesamaan pembinaan KOHATI secara
Nasional. Pola pembinaan ini memuat spesifikasi yang harus dimiliki HMI-Wati,
dasar-dasar pembentukan serta pengabdian KOHATI.
a. Kualifikasi
Kader HMI-Wati
Sebagai kader HMI, anggota KOHATI harus
memiliki kualifikasi Insan Cita HMI dengan seluruh turunannya. Namun secara
khusus, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
1. Watak dan kepribadian seorang perempuan sadar dan
menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang tercermin dalam sikap, pola pikir dan
perilaku kehidupannya sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun
masyarakat dan yang sadar akan kodrat kemanusiannya yang tercermin dalam pandangan
jauh ke depan terhadap pentingnya kelanjutan lahirnya generasi penerus yang
berkualitas. Secara alamiah hal ini akan mampu diatasi oleh setiap manusia,
namun sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah terhadap persoalan-persoalan
keperempuanan sangat dibutuhkan terutama jika dikaitkan dengan aspek fisiologis
dan psikis perempuan.
2. Kemampuan
Intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki pengetahuan (knowledge)
kecerdasan (intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom).
3. Kemampuan profesional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide
dan pemikirannya dalam praktik kehidupan sehari-hari dalam rangka aktualisasi
diri. Hal ini ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik teknis
maupun non-teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.
4. Kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya
kondisi sosial budaya yang merendahkan wanita adalah ketergantungan perempuan
yang sangat tinggi. Perempuan seringkali tidak percaya akan kemampuannya dalam
melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama, seringkali jika dikerjakan
bersamaan dengan laki-laki, perempuan sudah mengalah terlebih dulu, daya
bersaingnya lemah. Oleh karena itu HMI-Wati harus memiliki rasa percaya diri
yang tinggi tentunya dengan diimbangi kemampuan intelektual serta ketahanan
mental. Rasa percaya diri bukan berarti meniadakan sama sekali kerjasama dengan
yang lain.
b. Dasar-dasar
Pembentukan
Dasar-dasar pembentukan merupakan
sekumpulan aktivitas pembinaan yang terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan
HMI umumnya dan tujuan KOHATI khususnya. Sebagai kader HMI, HMI-Wati harus
mengikuti seluruh rangkaian perkaderan, baik yang bersifat formal yaitu LK I,
LK II dan LK III, maupun yang bersifat pengembangan.
Salah satu aktifitas pengembangan HMI
yaitu pembinaan melalui wadah KOHATI. Melalui wadah ini HMI-Wati khususnya
melaksanakan pengembangan individual maupun pengembangan kelompok. Pengembangan individual dilakukan dengan berpartisipasi
pada berbagai aktivitas eksternal, tentunya dengan senantiasa membawa misi HMI.
Di samping itu pengembangan individual dapat dikembangkan pada aneka macam
aktivitas internal organisasi.
Adapun
pengembangan secara kelompok dilaksanakan dengan satu upaya yang terencana,
teratur, sistematis dan berkesinambungan. Pengembangan ini menekankan
terbentuknya kemampuan kepemimpinan kader HMI-Wati. Dalam pengembangan kelompok
ini KOHATI mengadakan training formal, yaitu LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK).
Latihan ini berfungsi memberikan kemampuan tertentu bagi kader HMI-Wati dalam
bidang pemberdayaan perempuan yang luas, baik dalam pembentukan watak
kepribadian, pengembangan wawasan keperempuanan maupun dalam peningkatan
ktrampilan teknis.
Di samping itu, pengembangan kelompok diwujudkan pula dengan keterlibatan
HMI-Wati dalam struktur kepengurusan. Hal ini memberikan kelebihan kepada
HMI-Wati dalam masalah manajemen. Keterlibatan HMI-Wati dalam struktur
kepengurusan akan memperkokoh sikap mental, menumbuhkan rasa percaya diri serta
kemampuan memperluas jaringan informasi.
c.
Pengabdian KOHATI
Pengabdian KOHATI
merupakan penjabaran dari peran KOHATI sebagai pencetak muslimah sejati dalam
menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, sebagai
mana terurai dalam tafsir per an KOHATI pada Pedoman Dasar KOHATI. Adapun jalur
pengabdian KOHATI harus searah dengan pengabdian HMI. Namun secara individual
dapat disalurkan melaui jalur-jalur pengabdian di seluruh aspek kehidupan,
terutama dalam keluarga.
SKEMA POLA DASAR
PEMBINAAN KOHATI

- BENTUK-BENTUK PEMBINAAN KOHATI
Korps-HMI-Wati (KOHATI) sebagai wadah perkaderan, membina
kader HMI-Wati untuk memiliki kualifikasi kader seperti dikemukakan di atas
melalui proses pembinaan, antara lain :
a.
Training-training seperti : LKK,
Up-Grading kepengurusan KOHATI serta kursus-kursus.
b.
Aktivitas-aktivitas
baik secara individual maupun kelompok untuk meningkatkan kualitas keilmuan
kader HMI-Wati.
1.
Model Training dan Pelatihan
Model Formal : Latihan Khusus KOHATI
Model Non-formal (Non LKK) :
a.
Latihan Kader
Sensitif Gender (LKSG).
b. Publik
Relation dan public speaking
c.
Studi Islam Intensif.
d. Advokasi
Perempuan.
e.
Up Grading Kepengurusan
f.
Training For Trainer (TFT) KOHATI
g. Pelatihan
kesehatan reproduksi
Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu
sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan
perempuan, yang memiliki kualifikasi seorang perempuan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai Islam dan menerapkannya sebagai pola pikir, sikap dan perilakunya
sehari-hari, intelektual, profesional dan mandiri.
Latihan Khusus KOHATI (LKK) ini dimaksudkan sebagai langkah
awal membangun kesadaran maupun membuka wawasan kader HMI-Wati untuk keluar
dari jebakan persepsi masyarakat tentang adanya realitas ketidakadilan gender,
serta menemukan pemahaman akan jati diri kemanusiaannya dalam konteks
idealisasi yang ingin dibangun oleh HMI.
Training
Non-Frmal dilakukan dalam rangka pengayaan wawasan tentang berbagai persoalan
perempuan serta upaya teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya
2. Petunjuk Pelaksanaan
Training/Latihan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan yang berupa
training, beberapa komponen yang wajib ada dalam sebuah pelatihan adalah :
a.
Organisasi Latihan Khusus KOHATI
1. Manajemen
Latihan.
Latihan Khusus KOHATI (LKK)
dilaksanakan sesuai dengan sistem perkaderan HMI yang berorientasi pada usaha
menjawab kebutuhan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya haruslah didasarkan
pada sistem perencanaan yang baik, pengorganisasian, serta evaluasi sesuai
dengan petunjuk yang ada/ sistem POAC (planning, Organizing, Actuating,
Controlling).
Dalam pelaksanaan LKK juga harus dibangun
iklim keterbukaan yang ditekankan pada informasi dan komunikasi yang harmonis,
baik antara para trainee dan trainer, maupun trainee dengan aparat organisasi
penyelenggara training. Dengan demikian target training dapat
tercapai secara maksimal.
2. Organisasi
latihan.
Dalam upaya
menyelenggarakan LKK yang baik maka diperlukan organisasi latihan yang secara
utuh mengelola LKK tersebut. Adapaun organisasi latihan yang
dimaksud ialah :
·
Organizing Committee (OC)
a). OC adalah unsur organisasi latihan yang berfungsi
sebagai pelaksana administrsai dan operasional aktivitas latihan.
b). OC dibentuk
oleh pengurus KOHATI.
·
Steering Committee (SC)
a)
SC sebagai unsur organisasi latihan
berfungsi sebagai pembantu KOHATI dalam mewujudkan kelancaran jalannya latihan.
b)
SC bertugas
merencanakan dan mempersiapkan administrasi latihan serta mengawasi dan
mengarahkan jalannya pelatihan.
c)
SC ditunjuk dan
ditetapkan oleh pengurus KOHATI.
·
Team Instruktur
Team
Instruktur terdiri dari :
a) Mater
of Training.
b)
Wakil Master of Training.
c) Instruktur.
Tugas team
instruktur ini disesuaikan dengan Pedoman Pengelolaan Latihan yang ada di HMI.
b.
Pendekatan
Pendekatan yang digunakan selama latihan antara
instruktur dengan peserta dapat dilakukan dengan pendekatan persuasif melalui
cara :
·
Ta’aruf (saling mengenal)
Pendekatan ini dilakukan agar antara
peserta dengan peserta dan peserta dengan instruktur saling mengenal, sehingga
terjalin komunikasi yang akrab dan hubungan dialogis. Saling mengenal disini
adalah berkenalan dan memperkenalkan diri sedalam-dalamnya mengenai latar
belakang pendidikan, keluarga, sosial budaya dan lingkungan serta
adapt-istiadat masing-masing, sehingga dengan demikian diharapkan tumbuh rasa
kasih sayang dengan memiliki rasa ukhuwah antara sesama berdasarkan kecintaan
kepada Allah SWT.
·
Tafahum (saling bersefaham)
Pendekatan ini
dilakukan agar antara peserta dengan peserta dan peserta dengan instruktur
saling memahami kelebihan dan kelemahan masing-masing dengan berusaha memulai
dari diri sendiri untuk bersikap introspektif akan kekurangan, kesalahan atau
kekhilafan masing-masing di samping upaya menumbuhkan suasana saling
mengingatkan.
·
Ta’awun (saling menolong)
Pendekatan ini dilakukan agar antara
peserta dengan peserta dan peserta dengan instruktur terjalin sikap saling
menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran.
·
Takaful (saling berkesinambungan)
Pendekatan ini dimaksudkan agar
terjalin berkesinambungan antara rasa dan rasio/intuisi serta kesamaan ide
pemikiran kedalam hubungan yang dialogis dan harmonis di samping terciptanya suasana
yang kondusif antara peserta dengan instruktur.
c.
Sistem evaluasi
Evaluasi
Latihan Khusus KOHATI (LKK) dimaksudkan sebagai cara atau tindakan untuk
melihat keberhasilan latihan, yaitu melihat apakah sumber daya organisasi telah
dijalankan secara efektif dan efisen dalam mencapai tujuan pelatihan. Dengan
demikian melalui evaluasi dapat dipastikan, apakah kegiatan pelatihan berjalan
sebagaimana yang direncanakan dan apabila ada penyimpangan yang signifikan
dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoreksi penyimpangan
yang dilakukan.
Evaluasi latihan dilakukan melalui tiga tahapan, yang
satu sama lain saling berkaitan. Evaluasi awal dilakukan terhadap input latihan
dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal dan kesiapan peserta untuk
mengikuti pelatihan.
Secara teknis, pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan
dengan uji coba (test) yang bersifat objektif dan subjektif yang dilaksanakan
pada saat pra-training dan post training.
Alat-alat evaluasi
a.
Format evaluasi Input
1. Pre-trest
berupa test objektif/test tertulis.
2. Screening
berupa interview atau tes tertulis.
b. Format evaluasi
proses
1. Penugasan
materi.
2. Dinamika
forum.
3. Kehadiran.
Bentuk-bentuk
evaluasi
Evaluasi
peserta dilakukan atas :
a.
Test objektif.
b. Penugasan.
c.
Presentasi makalah.
Sistem evaluasi ini dapat lebih
dikembangkan sesuai dengan trend dan proses yang terjadi.
3.
Aturan Pelaksanaan
Training Non-formal/Non-LKK
Mengikuti pola
format pada LKK atau dapat disesuaikan dengan jenis spesifikasi training yang
diadakan.
a. Kurikulum
Training/Pelatihan
Kurikulum pelatihan ini berisikan
tujuan pelatihan dan materi-materi pelatihan yang disampaikan, yang terdiri
atas:
1.
Kurikulum
Training/Pelatihan Formal (LKK)
2.
Kurikulum Training/Pelatihan Non-formal
(Non-LKK)
b.
Kurikulum
Training/Pelatihan Formal (LKK)
1. Ke-Islaman
i.
Perempuan dalam Perspektif Islam
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta
dapat memahami dan menganalisis eksistensinya dalam Islam serta
tanggungjawabnya dalam struktur komunitas dan masyarakat.
Tujuan
Pembelajaran Khusus
a.
Peserta dapat menjelaskan hakikat
penciptaan manusia dalam Islam
b.
Peserta dapat menyebutkan kedudukan
perempuan dalam Islam
c.
Peserta dapat merealisasikan prinsip
ketauladanan tokoh muslimah dalam Islam.
d.
Peserta dapat mewujudkan tanggung
jawabnya sebagai seorang muslimah dalam struktur komunitas masyarakat.
Metode
: Ceramah, diskusi dan studi kasus
Alokasi
Waktu :
5 Jam
Muatan
/ Kisi-kisi materi
a.
Hakikat Penciptaan Perempuan
b.
Kedudukan Perempuan dalam Islam
c.
Ketauladanan tokoh Muslimah dalam Islam
d.
Tanggung Jawab Muslimah dalam struktur
Komunitas dan Msyarakat
e.
Urgensi Fiqhunnisa’ dalam Pelaksanaan
Ajaran Islam
Referensi
yang dianjurkan
a.
Annimarie Schimmel, Jiwaku adalah
wanita, Mizan, Bandung, 1998.
b.
Engineer, Asghar Ali, Hak-hak
perempuan dalam Islam, LSPPA dan
yayasan Bentang Budaya, Yokyakarta, 1997.
c.
Hasyim, Syafiq, Hal-hal yang tak
terpikirkan tentang isu-isu keperempuanan dalam Islam, Mizan, Bandung, 2001
d.
Husein, Muhammad, Fiqh perempuan
: Refleksi kias atas wacana agama dan gender, RAHIMA dan LKIS, Yoqyakarta,
2001.
e.
Nasaruddin Umar, MA., DR., Argumentasi
kesetaraan gender perspektif Al-Qur’an, Paramadina, Jakarta , 1999.
f.
Masdar F Mas’udi, Islam dan hak
reproduksi perermpuan, PPPM dan mizan, Bandung, 1998.
g.
Sachiko Murata, The Tao of Islam,
Mizan, Bandung
2.
Keperempuanan
i. Psikologi Perempuan
Tujuan
Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta
dapat memahami psikologi dan kepribadian perempuan
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan psikologi perempuan
.
b.
Peserta dapat menjelaskan fase-fase
perkembangan jiwa dan karakteristik perempuan
c.
Peserta dapat menjelaskan pengaruh
nilai-nilai sosial budaya terhadap kepribadian kaum perempuan
d.
Peserta dapat menjelaskan bentuk
problem solving atas permasalahan kaum perempuan.
Muatan /Kisi-kisi Materi:
a. Pengertian Psikologi Perempuan
b. Fase-fase Perkembangan Jiwa dan Karakteristik
Perempuan
c.
Pengaruh Nilai-nilai Sosial Budaya Terhadap
Kepribadian Kaum Perempuan
d. Problem Solving atas Permasalahan Kaum
Perempuan.
Metode
: Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi
Alokasi
Waktu : 24 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
Annimarie Schimmel, Jiwaku adalah
Wanita, Mizan, Bandung
b.
Kartini Kartono, Psikologi Wanita, Rajawali Pers, Jakarta.
c.
Save M Dagun, Maskulin dan feminin, Mandar Maju, Bandung 1984.
d.
Sachiko Murata, The Tao Islam, Mizan, Bandung 1984
e.
TO Ihromi (ed), Kajian wanita dalam Pembangunan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
1993.
ii.
Kesehatan Perempuan
Tujuan
Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta
dapat memenuhi kebutuhannya akan pemahaman tentang kesehatan perempuan.
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan pengertian
kesehatan perempuan
b.
Peserta dapat menjelaskan kesehatan
reproduksi perempuan dalam tinjauan medis
c.
Peserta dapat menjelaskan kesehatan
reproduksi dalam tinjauan sosial.
d.
Peserta dapat menjelaskan analisis dan
pemenuhan kebutuhan gizi.
e.
Peserta dapat menjelaskan jenis-jenis
Penyakit Menular Seksual (PMS).
Muatan /Kisi-kisi Materi:
a.
Pengertian Kesaehatan Perempuan
b.
Kesehatan Perempuan dalam Tinjauan
Medis dan Etika Moral.
c.
Analisa dan Pemenuhan Kebutuhan Gizi.
d.
Mengenal Jenis-jenis Penyakit Menular
Seksual (PMS)
Metode
: Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi
Alokasi
Waktu : 4 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
Dr. A. Firman Lubis dkk, Kesehatan
Perempuan, YLKI, Jakarta
b.
Munawar Ahmad Anees, Islam dan
revolusi sexual kaum perempuan, Mizan, Bandung.
c.
Anonymous, Buku pintar kesehatan
wanita
iii.
Peran Perempuan
dalam Transformasi Sosio Kultur
Tujuan
Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta
dapat memahami peran perempuan dalam transformasi sosio- kultural.
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan sejarah
gerakan perempuan
b.
Peserta dapat menjelaskan posisi
perempuan dalam perspektif budaya patriarki
c.
Peserta dapat menjelaskan pengaruh
media massa terhadap pembentukan citra diri perempuan.
d.
Peserta dapat menjelaskan eksistensi
perempuan dalam konstalasi politik.
Muatan
/Kisi-kisi Materi:
a.
Sejarah Gerakan Perempuan
b.
Posisi perempuan dalam Wilayah Patriarki
c.
Pengaruh Media Massa terhadap
Pembentukan Citra Diri Perempuan.
d.
Eksistensi Perempuan dalam Konstalasi
Politik
Metode
: Ceramah dan studi kasus
Alokasi
Waktu :
4 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
Herietta Moore, Feminisme dan antropology, pusat penerbitan FISIP UI, Jakarta.
b.
Hizbah Ra’uf Izzat,.Wanita dan
Politik dalam Pandangan Islam, (penerbit dan tahun terbit belum di dapatkan
identifikasinya).
c.
Irwan Abdullah, Sangkan Paran
Gender, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
d.
Leila Ahmed, Wanita dan gender dalam
Islam, (terjemahan) Women and Gender in Islam, Lentera Basritama, Jakarta,
1999.
e.
Lusi Margiyani, Agus Fahri Husein,
Fauzie Ridjal (ed), Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia, Tiara Wacana,
Yokyakarta, 1992.
f.
Mansour Fakih, Analisis Gender dalam
transformasi sosial, Pustaka Pelajar, Yokyakarta.
g.
Munawir Anis Qasim Ja’far, Menelusuri
hak-hak politik perempuan dalam Islam, (penerbit dan tahun terbit belum
didapatkan identifikasinya).
h.
Naoni Wolf, Gegar Gender,
Bentang, Yokyakarta.
i.
Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan,
kerja dan perubahan sosial, Grafitri Pustaka Utama, Jakarta. 1997.
iv.
Perempuan dalam
Perspektif Pertumbuhan dan Perkembangan IPTEK.
Tujuan
Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta
dapat menganalisis posisi perempuan dalam perspektif pertumbuhan dan
perkembangan IPTEK.
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat mengetahui tantangan
perempuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.
Peserta dapat menyebutkan dampak ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan perempuan serta menyebutkan jalan
pemecahannya.
Muatan
/Kisi-kisi Materi:
a.
Tantangan Perempuan dalam Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.
Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi
bagi kehidupan perempuan.
c.
Scientific problem solving
Metode
: Ceramah dan Diskusi
Alokasi
Waktu : 3 Jam
Referensi yang dianjurkan:
1.
Munawar Ahmad Anees, Islam dan
revolusi sexual kaum perempuan, Mizan, Bandung.
2.
Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan,
Kerja dan perubahan sosial, Grafitri Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
3.
TO. Ihroni (ed), kajian wanita dalam
pembangunan, Yayasan Obor Indonesia.
v. Perempuan
dan Strategi Pembangunan
Tujuan Pembelajaran
Umum (TPU)
Peserta dapat
mengetahui berbagai strategi pembangunan yang digunakan dalam memecahkan problem sosial yang berkaitan dengan
perempuan.
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan konsep Women
in development (WID).
b.
Peserta dapat menjelaskan konsep Women
and develpment (WAD).
c.
Peserta dapat menjelaskan konsep Gender
and development (GAD).
Muatan
/Kisi-kisi Materi:
a.
Pengertian dan penerapan konsep Women
in Development (WID)
b.
Pengertian dan penerapan konsep Women
and Development (GAD)
c.
Pengertian dan penerapan Konsep Gender
and Development (GAD).
Metode
: Ceramah, diskusi dan simulasI
Alokasi
Waktu : 3 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
Julia Clevesse, Gender dan
Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yokyakarta, 1998.
b.
Mansour Fakih, Analisis gender dalam
transformasi sosial, Pustaka Pelajar Yokyakarta.
c.
TO. Iharoni (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan
Obor Indonesia.
vi.
Ketidakadilan
terhadap perempuan dalam perspektif hukum dan sosiokultur
Tujuan Pembelajaran
Umum (TPU)
a.
Peserta dapat memahami berbagai bentuk
kekerasan terhadap perempuan serta upaya penanggulangannya.
b.
Ketidakadilan terhadap perempuan dalam
perspektif hukum.
c.
Ketidakadilan terhadap perempuan dalam
perspektif sosio kultur.
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk
ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif hukum.
b.
Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk
ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif sosio kultur.
Muatan
/Kisi-kisi Materi:
a.
Konsep ketidakadilan terhadap perempuan
b.
Ketidakadilan terhadap perempuan dalam
perspektif hukum
c.
Ketidakadilan terhadap perempuan dalam
perspektif sosiokultur.
Metode
: Ceramah, diskusi dan simulasi
Alokasi
Waktu : 3 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi
kekerasan dalam rumah tangga, Proyek Kerjasama Solidaritas Perempuan dan
Lembaga Kajian Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
b.
Tim Yayasan Jurnal Perempuan (ed), Kekerasan
negara terhadap perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan dan The Ford
Foundation, Jakarta, 2001.
vii.
Kekerasan Terhadap
Perempuan
Tujuan Pembelajaran
Umum (TPU)
a.
peserta dapat memahami berbagai bentuk
kekerasan terhadap perempuan serta upaya penanggulangannya.
b.
Kekerasan
terhadap perempuan terhadap perspektif hukum.
c.
Kekerasan terhadap perempuan dalam
perspektif sosio kultur.
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk
kekerasan terhadap perempuan dalam perspektif hukum.
b.
Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk
kekerasan terhadap perempuan dalam perspektif sosio kultur.
Muatan
/Kisi-kisi Materi:
a.
Kekerasan terhadap perempuan dalam
perspektif hukum
b.
Kekersasan terhadap perempuan dalam
perspektif sosiokultur.
Metode
: Ceramah, diskusi dan simulasi
Alokasi Waktu : 4 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi
kekerasan dalam rumah tangga, Proyek kerjasama solidaritas perempuan dan
lembaga kajian agama dan gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
b.
Tim Yayasan Jurnal Perempuan (ed). Kekerasan
negara terhadap perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan dan
The Ford Foundation.
3.
Keorganisasian
i. Perspektif KOHATI sebagai kontributor
pembaharuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat
memahami kelembagaan KOHATI
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan eksistensi
KOHATI dalam struktur sosial.
b.
Peserta dapat mengetahui eksistensi
KOHATI dalam perkembangan organisasi fungsional.
c.
Peserta dapat mengetahui posisi
strategisnya sebagai kontributor pembaharuan..
Muatan
/Kisi-kisi Materi:
a.
Eksistensi KOHATI dalam struktur Sosial
b.
KOHATI dan perkembangan Organisasi
profesional
c.
Analisis Kelembagaan KOHATI
d.
Peserta dapat mengetahui posisi
strategisnya sebabgai kontributor pembaharuan.
Metode
: Ceramah, diskusi dan simulasi
Alokasi Waktu : 4 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
NDP HMI
b.
AD dan ART HMI
c.
Pedoman Dasar KOHATI
d.
Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan
KOHATI (Platform Gerakan dan Pedoman
pembinaan KOHATI).
ii. Revitalisasi
analisis KOHATI terhadap Isu Keperempuanan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
a.
peserta dapat menjelaskan dinamika gerakan
perempuan.
b.
Peserta dapat mengetahui isu
keperempuanan kontemporer
c.
Peserta dapat mengetahui format gerakan
KOHATI dalam menyikapi isu keperempuanan.
Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
a.
Peserta dapat menjelaskan dinamika
gerakan perempuan
b.
Peserta dapat mengetahui isu
keperempuanan kontemporer
c.
Peserta dapat mengetahui format gerakan
KOHATI dalam menyikapi Isu Keperempuanan.
Muatan
/Kisi-kisi Materi:
a.
KOHATI dan Dinamika Gerakan
Keperempuanan.
b.
Isu-Isu Keperempuanan Kontemporer
c.
Format Gerakan KOHATI dalam Menyikapi
Isu Keperempuanan.
Metode
: Ceramah, diskusi dan simulasi
Alokasi Waktu : 4 Jam
Referensi yang dianjurkan:
a.
NDP HMI
b.
AD dan ART HMI
c.
Pedoman Dasar KOHATI
d.
Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan
KOHATI (Platform Gerakan dan Pedoman
pembinaan KOHATI).
e.
Engineer, Asghar Ali, Hak-hak perempuan
dalam Islam, LSPPA dan Yayasan Bentang Budaya, Yokyakarta, 1997.
f.
Nasaruddin Umar, MA, Dr, Argumen
kesetaraan gender Perspektif Al-Qur’an, Paramadina, Jakarta, 1999.
g.
Farha Ciciek,
Ikhtiar mengatasi kekerasan dalam rumah tangga, Proyek Kerjasama Solidaritas Perempuan dan Lembaga Kajian
Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
h.
Tim Yayasan Jurnal Perempuan (ed), Kekerasan
negara terhadap perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan dan The Ford
Foundation, Jakarta, 2001.
4. Materi Penunjang
Materi penunjang ini dapat dipilih salah satu
disesuaikan dengan kedudukan peserta
pelatihan / LKK. Adapun materi penunjang yang dianjurkan untuk diberikan kepada
peserta adalah sebagai berikut:
a.
Retorika dan keprotokoleran
b.
Komunikasi Massa/Public Relation
c.
Kecerdasan emosional (KE) dan Emosional
Intelektual (EI).
d.
AMT/Achievement Motivation
Training
5.
Stadium General
Berkaitan
dengan isu-isu aktual di tingkat nasional dan lokal.
No comments:
Post a Comment